Contoh Review Jurnal Komunikasi Instruksional


REVIEW JURNAL

1.      SAGE REFERENCE: Student and Teacher

Dalam pembelajaran tidak hanya bagaimana guru mempengaruhi siswa dan pembelajaran mereka melalui komunikasi tetapi juga bagaimana siswa mempengaruhi guru dan pengajaran mereka. Secara khusus, komunikasi instruksional adalah proses di mana guru dan siswa merangsang makna dalam pikiran satu sama lain menggunakan pesan verbal dan nonverbal. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam komunikasi instruksional, yaitu retorika dan relasional.

Dari perspektif retoris, guru menggunakan pesan verbal dan nonverbal dengan maksud untuk mempengaruhi atau membujuk siswa. Untuk membujuk adalah untuk mengembangkan pesan yang mengubah atau memperkuat sikap, keyakinan, nilai-nilai, atau perilaku. Aristoteles menyatakan, ada tiga faktor yang meningkatkan kemampuan seseorang untuk membujuk: (1) etos (karakter pribadi pembicara), (2) pathos (penggunaan emosi), dan (3) logo (logis, sifat rasional pesan). Jika guru ingin berhasil dalam upaya mereka untuk berkomunikasi sumber-berpusat makna kepada siswa mereka, siswa harus terlebih dahulu melihat mereka untuk menjadi kredibel atau dapat dipercaya (etos). Guru juga harus membantu siswa belajar dengan menggunakan pesan verbal dan nonverbal yang merangsang respon afektif atau emosional siswa (pathos). Berbagai variabel pesan instruksional yang berfokus terutama pada pesan nonverbal telah ditemukan untuk mempengaruhi emosi siswa. Akhirnya, guru harus menyajikan pesan logis, rasional dengan menggunakan bukti dan penalaran (logos) yang sesuai.

Perspektif komunikasi kedua meneliti komunikasi instruksional sebagai proses relasional yang baik guru dan siswa saling membuat dan menggunakan pesan verbal dan nonverbal untuk membangun hubungan dengan yang lain. Dari perspektif relasional memfokuskan secara eksklusif pada isi pesan dan hasil perilaku guru dan siswa yang bersangkutan dengan emosi dan perasaan yang merupakan bagian dari proses belajar mengajar. Perspektif relasional komunikasi, dengan penekanan pada respon afektif atau emosional, mengacu pada model kontemporer komunikasi yang berarti adalah saling dibuat dan dibagi antara individu. Pada dasarnya, pendekatan relasional berfokus pada bagaimana guru dan siswa memahami dan afektif menanggapi satu sama lain, yang mempengaruhi motivasi mengajar (Mottet, Beebe, Raffeld, & Medlock, 2004). Penekanan utama penelitian komunikasi relasional adalah pada guru dan siswa dalam penggunaan dan penafsiran pesan nonverbal. Pesan nonverbal adalah perilaku, selain tertulis atau bahasa lisan sehingga menciptakan makna bagi seseorang (Beebe, Beebe, & Redmond, 2008). Isyarat nonverbal seperti kontak mata, postur, ekspresi wajah, dan gerak tubuh merangsang sebagian besar makna emosional atau sosial dalam pesan.

Peneliti komunikasi instruksional telah menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk menyelidiki guru dan komunikasi siswa dan untuk menguji teori komunikasi instruksional. Metode penelitian kuantitatif melibatkan pengujian hipotesis dan menjawab pertanyaan penelitian menggunakan eksperimen penelitian terkontrol, mengumpulkan data penelitian melalui penggunaan survei, atau mewawancarai subjek. Peneliti komunikasi telah menggunakan berbagai model untuk memeriksa bagaimana guru dan siswa komunikasi bekerja (atau tidak bekerja) di kelas. Dua model penelitian yang paling umum adalah eksperimental dan naturalistik.

1.      Model Eksperimental

Model eksperimental sering dianggap sebagai yang paling "ilmiah" dan biasanya dianggap sebagai pendekatan yang paling valid untuk penelitian komunikasi instruksional. Sebuah penelitian dirancang dengan baik melalui kontrol eksperimen dan memanipulasi faktor-faktor tertentu dalam lingkungan belajar yang diyakini mempengaruhi hasil pembelajaran tertentu. Semua faktor-faktor lain dalam lingkungan pembelajaran tetap konstan. Sebagai contoh, jika belajar terjadi sebagai akibat dari guru menggunakan perilaku komunikasi tertentu yang hadir dalam satu kondisi dan absen dalam kondisi lain, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku komunikasi ini mempengaruhi belajar siswa. Desain penelitian eksperimental memungkinkan peneliti komunikasi instruksional untuk menunjukkan sebab-akibat, yaitu, untuk menyimpulkan bahwa belajar siswa konsep tertentu yang disebabkan oleh penggunaan guru.

2.      Model Naturalistik

Model naturalistik penelitian komunikasi instruksional termasuk peneliti meneliti dan mempelajari guru dan komunikasi siswa dalam lingkungan alam kelasnya. Metode ini menggunakan metode survey. Siswa membaca pertanyaan atau item skala dan kemudian memberikan respon yang tepat yang mencerminkan perasaan mereka, sikap, atau keyakinan.

Adapun beberapa variabel penelitian komunikasi instruksional yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar guru dan siswa di kelas, diantaranya:

·         Kredibilitas: guru yang dianggap kredibel memiliki pengaruh yang lebih siswa, lebih persuasif, terorganisir, terampil dalam menanggapi pertanyaan dan berkompeten.

·         Kejelasan: guru perlu secara eksplisit mengatur presentasi mereka menggunakan transisi verbal, rambu-rambu, dan pos pemeriksaan untuk memastikan bahwa siswa mereka memahami isi pembelajaran (Cruickshank & Kennedy, 1986).

·         Kelucuan: humor memiliki efek pada iklim emosional kelas. Seperti kredibilitas, humor adalah variabel lain yang memiliki efek pada pengaruh retoris instruktur pada siswa dan lingkungan belajar.

·         Kedekatan: Kedekatan adalah persepsi kedekatan fisik dan psikologis. Kedekatan tersebut, baik literal atau psikologis, memiliki efek besar pada kualitas yang dirasakan dari hubungan komunikasi. Andersen dan rekan-rekannya menemukan bahwa kedekatan guru menentukan sebagian besar arah instruksi pengajaran, mempengaruhi isi pembelajaran, mempengaruhi perilaku (Andersen, 1978, 1979; Andersen & Andersen, 1982). Guru yang menggunakan perilaku kedekatan mengakibatkan siswa memiliki keseluruhan sikap yang lebih positif terhadap pengajar dan pembelajaran.

·         Seeking Affinity: Gorham dan Burroughs (1989) menemukan bahwa penggunaan strategi guru seeking-afinity, yaitu perilaku tertentu yang menyebabkan mereka disukai, menghasilkan peningkatan afinitas siswa dengan baik guru dan materi pelajaran. Beberapa perilaku afinitas tampaknya sangat penting dalam membantu guru disukai oleh anak didiknya.

 

2.      Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLBC1 Dharma Rena Ring Putra 1 Yogyakarta

Oleh: Fristyani Elisabeth H. dan Yudi Perbawaningsih

Hasil penelitian ini adalah komunikasi istruksional yang diterapkan dalam mengajar anak tunagrahita adalah komunikasi verbal dan nonverbal. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Dengan metode ini peneliti memperoleh gambaran penelitian berdasarkan pengalaman subjek itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif.

Guru bertindak sebagai pelaksana komunikasi instruksional (komunikator) dan siswa sebagai penerimanya (komunikan). Komunikasi ini berlangsung melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki beberapa komponen yaitu siswa, guru, isi pelajaran, metode mengajar, media pembelajaran dan evaluasi. Dalam penelitian ini, komunikasi instruksional yang disorot adalah komunikasi instruksional guru dalam mengajar murid tunagrahita. Tujuan dari komunikasi instruksional ini adalah perubahan sikap dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan balajar-mengajar.

Berdasarkan hasil penelitian, komunikasi instruksional dikemas dalam dua bentuk antara lain, komunikasi verbal dan non verbal. Disekolah guru menggunakan komunikasi verbal yang sederhana dan pemilihan kata yang tidak bertele-tele. Komunikasi non verbal berupa gerakan anggota tubuh seperti tatapan mata, tepukan di punggung, artikulasi pada saat berbicara, senyuman, isyarat-isyarat anggota tubuh untuk mempertegas maksud yang ingin diutarakan. Dalam mengajar, guru menggunakan komunikasi secara personal atau face to face, guru mengajar dengan kasih sayang dan secara individual. Metode belajar yang dianut oleh guru berpedoman pada rancangan pembelajaran yang sudah dibuat. Metode yang kerap kali digunakan yakni ceramah, Tanya jawab, bernyanyi, pemberian tugas dan demonstrasi. Dalam mengajar guru memanfaatkan media yang telah ada disekolah.

 

 

3.      Komunikasi Instruksional Guru dengan Anak Down Syndrome di Sekolah Inklusi

Oleh: Okki Rizkie Namira

Dalam penelitian ini, komunikasi instruksional terjadi pada pengajar dan siswa yang sama-sama berinteraksi yang bisa berdampak berubahnya perilaku siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi langsung, wawancara dan studi pustaka. Komunikasi instruksional dilakukan oleh guru secara berulang-ulang pada anak-anak down syndrome karena kelemahan dalam berpikir sudah menjadi ciri utama anak-anak down syndrome dan membutuhkan perhatian lebih dan pengajaran yang harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Setiap anak memiliki materi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi yaitu lebih pada simulasi dan demonstrasi karena anak down syndrome lebih muda menangkap pesan melalui visualisasi. Media yang digunakan dalam komunikasi instruksional di SD Mutiara Bunda berupa: kartu bergambar, balok, tali, bola, ubin, meja, dan kursi, pensil, gunting, lem, dan kertas, balon tiup. Media yang diperkenalkan kepada anak down syndrome lebih untuk mengasah kemampuan anak dan melatih aspek-aspek perkembangan seperti daya ingat, penalaran, bahasa, dan motorik.

 

4.      Efektivitas Komunikasi Instruksional di SMK Negeri 1 Yogyakarta

Oleh: Rasyid Wicaksono H.

Penelitian ini bertujuan untuk mengethaui efektivitas komunikasi instruksional, mengetahui hambatan dan mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan efektivitas komunikasi instruksional di SMK Negeri 1 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, informan penelitian adalah wakil kepalah sekolah urusan kurikulum dan ketua kompetensi keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Yogyakarta sebagai informan kunci dan informan pendukung yang terdiri dari Wakaur Humas, Wakaur Sarpras serta beberapa guru dan siswa. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yakni analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi instruksional di SMK Negeri 1 Yogyakarta telah dilaksanakan secara efektif dengan:

a.       Perencanaan isi dan tujuan dalam menentukan strategi atau metode disesuaikan dengan materi kurikulum.

b.      Pelaksanaan komunikasi sudah berlangsung baik melibatkan beberapa unsure-unsur pembelajaran dan komponen komunikasi instruksional terlihat dari guru sebagai komunikator melakukan perencanaan, pelaksanaan dengan menggunakan media sesuai materi dan diakhiri dengan ulangan atau umpan balik dari siswa sebagai komunikan untuk mencapai tujuan terciptanya komunikasi secara efektif diketahui dari ketuntasan hasil evaluasi siswa. Guru berupaya mengatasi hambatan dalam mewujudkan efektifitas komunikasi instruksional dengan memberikan motivasi dan inspirasi melalui pengalaman pribadi. Improvisasi dilakukan guru dalam keadaan tertentu untuk menciptakan kenyamanan dan antusias siswa.

 

5.      Komunikasi Instruksional dalam Proses Belajar Mengajar

Oleh: Muhammad Surip

Komunikasi instruksional merupakan bagian dari komunikasi pendidikan yang berarti komunikasi dalam bidang instruksional. Dalam dunia pendidikan kata instruksi tidak diartikan perintah tetapi diartikan dengan pengajaran atau pelajaran. Pembelajaran lebih berorientasi pada pihak yang belajar, bukan pada pihak yang mengajar. Pendidik atau pengajar berkedudukan sebagai motivator, Pembina, dan pembimbing bagi peserta didik dalam proses belajar.

Keberhasilan seorang pendidik sebagai motivator dalam dunia pendidikan berkaitan dengan kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran dan membina hubungan antarpribadi. Pendidik diharapkan dapat menyelami, menghayati, dan menginterpretasikan segala hal yang ada pada diri siswa dengan sebaik-baiknya. Menurut Byrnes dalam Cangara (1998:3), “Komunikasi sebagai instrumen dan interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat.” Proses belajar-mengajar yang dilaksanakan di kelas sebagian besar terjadi karena adanya komunikasi. Komunikasi instruksional merupakan inti dari kegiatan proses belajar-mengajar. Proses komunikasi diciptakan secara wajar, akrab, dan terbuka dengan ditunjang faktor-faktor pendukung lainnya baik secara sarana maupun fasilitas lain dengan tujuan supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran. Proses komunikasi sebenarnya bisa dibagi dalam seperangkat langkah yang terdiri dari spesifikasi isi dan tujuan atau sasaran penafsiran perilaku mula, penetapan strategi, organisasi satuan-satuan instruksional dan umpan balik.

 

Komentar

Postingan Populer