ISU KOMUNIKASI KOTEMPORER: Fenomena LDR dan Media
Tentunya
saat ini kita sudah tidak asing lagi mendengar istilah LDR (Long Distance
Relationship) atau hubungan jarak jauh. Hubungan jarak jauh bisa terjadi karena
banyak faktor, diantaranya tuntutan pendidikan, pekerjaan, yang mengharuskan
salah seorang dari pasangan pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri. Tidak
jarang banyak mahasiswa yang sedang menjalani hubungan jarak jauh karena
masing-masing individu harus menuntut ilmu di kota yang berbeda. Tentunya ini
akan merubah kebiasaan berpacaran dan berkomunikasi dari yang biasanya.
Intensitas bertemu menjadi sedikit, dan kesulitan untuk memantau satu sama lain
secara langsung. Dibawah ini merupakan hasil penelitian tentang Long
Distance Relationship yang di lakukan oleh pakar komunikasi:
Adapun beberapa pendapat para ahli
seputar hubunga jarak jauh (LDR), diantaranya "Individu yang menjalani
cenderung memiliki pengharapan tinggi atas kualitas waktu yang dihabiskan
bersama pacar dan hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negative yaitu
dapat menimbulkan kecewa bahkan stress.” (Rohlfing: 1992). “Mengelompokkan
berbagai konflik ke dalam 3 kategori: Perilaku spesifik pasangan, norma peran,
dan disposisi pribadi.” (Braiker and kelley: 2005).
Kemunculan
media baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media baru
secara langsung telah merubah pola kehidupan masyarakat, budaya, cara berfikir,
dan hampir segala aspek dalam kehidupan manusia. Media baru ini memberikan
kemudahan bagi penggunanya untuk melakukan komunikasi dengan orang lain.
Beberapa jenis media baru yang merupakan media komunikasi sosial yang digunakan
oleh individu dalam berkomunikasi seperti web, blog, online
social network, online forum, dan sebagainya.
Social
media seperti facebook, twitter, merupakan sebagian social media yang sering
digunakan untuk berkomunikasi, bertukar informasi dan pengalaman, dan sebagai
media untuk menunjukan status. Bagi pasangan yang menjalani hubungan jarak
jauh, social media merupakan media yang sering dipakai untuk memantau kegiatan
pasangannya, dikarenakan keterbatasan jarak. Namun, dalam social media,
individu kurang memiliki kebebasan dalam mengungkapkan segala hal yang bersifat
pribadi, dikarenakan social media bersifat umum. Untuk komunikasi yang lebih
dalam dan intensif, media telpon, BBM, video call (skype) juga banyak digunakan
karena media ini membuat pengguna lebih leluasa bertukar informasi tanpa merasa
takut akan terganggu privacynya.
Surat
Vs Email
Jika
dibandingkan ketika teknologi belum terlalu berkembang pesat seperti saat ini,
pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh sangat sulit untuk berkomunikasi
satu sama lain, media yang digunakan masih sangat terbatas salah satunya surat-menyurat
yang waktu pengirimannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Surat tersebut
juga didesain sedemikian rupa untuk meluapkan perasaan yang ada dengan tulisan
tangan yang menceritakan keseharian
seseorang kepada pasangannya, begitu juga dengan pemilihan warna kertas, ukuran
dan keunikan bentuk amplopnya serta perangko yang digunakan yang mungkin
berbeda satu sama lain sesuai keinginan masing-masing pengirim surat. Hal itu
tentunya memerlukan biaya yang lebih besar untuk beberapa kali pengiriman
surat.
Berbeda dengan saat ini dimana teknologi
yang berkembang salah satunya surat elektronik atau yang biasa disebut email
lebih mempermudah kita dalam berkomunikasi tanpa ada batasan waktu dan wilayah
(global village). Memang kita masih menggunakan tulisan untuk berkomunikasi
namun disini penggunaan media elektronik juga berperan, bahkan dengan adanya
email, pesan yang dikirim bisa menjadi sangat mudah, cepat, dan lancar serta
tidak memungut banyak biaya, sebatas pulsa internet saja. Melalui email
tersebut terjadi interaksi yang lebih atraktif satu sama lain karena email
dapat diakses melalui laptop juga telepon genggam.
Wartel
Vs Smartphone
Ketika
telepon yang masih sangat jarang dan harganya penggunaannya relatif mahal, kepemilikan
alat komunikasi ini hanya digunakan oleh kalangan tertentu seperti bangsawan, banyak
masyarakat yang menggunakan telepon umum seperti warung telepon (wartel) untuk menjalin
hubungan dengan orang lain. Cara penggunaannya pun masih sangat sederhana
dengan menggunakan uang koin.
Berbeda
dengan adanya penggunaan smartphone saat ini, semua solusi untuk berkomunikasi
dapat diselesaikan, dalam smartphone dengan ukuran kecil terdapat aplikasi tidak
hanya email tetapi juga line, kakao talk, we chat dan lain sebagainya sehingga
masyarakat dapat memilih aplikasi mana yang diinginkan dengan sesuka hati.
Dari
kemajuan dan kepesatan teknologi yang berkembang dapat dibandingkan bagaimana
dampak kemajuan tersebut dengan pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh
(LDR). Kemungkinan perbandingan presentase pasangan LDR sangat jauh antara
pasangan yang hidup di jaman dulu dan sekarang. Kemungkinan pasangan LDR jaman
dulu memiliki presentase yang tinggi untuk mengakhiri hubungan ketimbangan
pasangan LDR yang hidup di saat ini.
Sesungguhnya
hubungan jarak jauh dengan hubungan jarak dekat tidak jauh berbeda
penerapannya. Hanya saja, diperlukan usaha yang lebih besar untuk saling
percaya, saling terbuka, dan rutin berkomunikasi bagi pasangan yang melakukan
hubungan jarak jauh. Sebab pikiran negatif, curiga, dan tidak percaya, banyak
menjadi “momok” bagi pasangan yang menjalankan hubungan jarak jauh.
Apakah orang
yang menjalani LDR mendapatkan kebutuhan berhubungan yang sama dengan yang
non-LDR? Dalam studinya pada tahun 2003, Amber Roberts, Psikologis dari Universitas
Purdue menyatakan bahwa orang yang menjalani LDR mendapatkan tingkat kepuasan/kebutuhan
hubungan yang sama dengan orang yang menjalani non-LDR.
Berdasarkan
penelitian tersebut, 70% dari mereka yang menjalani LDR putus pada 6 bulan
pertama setelah berpacaran. Tapi hal itu dikarenakan mereka tidak pernah
mendiskusikan/mengomunikasikan ekspektasi atas hubungan mereka. Jadi, wajarlah
kalau mereka mengakhiri hubunganya. Lantas, bagaimana cara mencegah ini?
Jawabanya hanya satu yaitu mengkomunikasikannya.
Dalam kaitannya dengan teori
Komunikasi Antar Pribadi, salah satunya bentuk khusus KAP yaitu komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang
secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti
suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang
muridnya, dan sebagainya. Sedangkan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang
dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad
keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang
orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang
berlangsung di antara komunikator dan komunikan. Komunikasi yang efektif
ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Anita Taylor mengatakan
“Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan
interpersonal merupakan yang paling penting. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan
hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994)
memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang
menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
a.
Percaya
Bila
seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan
dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada
orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:
- Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
- Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
- Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
b.
Perilaku Suportif
Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas
komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
- Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
- Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah.
- Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cara mencapai tujuan.
- Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam.
c.
Sikap Terbuka
Sikap
terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah,
kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai
sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dan lain-lain.
Komunikasi
ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh kesombongan, sifat malu
dan lain-lain. Keterbukaan terkait dengan self disclosure, yaitu pengungkapan informasi tentang diri kita yang biasanya kita sembunyikan
melalui pengungkapan secara sadar maupun tidak sadar
seperti nonverbal. Adapun reward dari self disclosure diantaranya,
1. Pengertahuan
diri,
2. Kemampuan
mengatasi kesulitan,
3. Efisiensi/memperbaiki komunikasi,
4. Kedalaman
membina hubungan
Jika
dikaitkan dengan teori komunikasi, kami menghubungkan fenomena ini dengan
Relational Dialectics Theory yang mana teori ini memiliki asumsi diantaranya:
Hubungan
tidak bersifat linier
Hubungan
tidak terdiri atas bagian-bagian yang bersifat linier sebaliknya terdiri dari
fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif. Baxter dan
Montgomery (1996), menyatakan bahwa pengembangan hubungan memunculkan konotasi
mengenai sebuah pergerakan linier atau kemajuan ke arah depan, kemajuan
tersebut dapat dilakukan apabila terdapat keintiman, pembukaan diri, kepastian
dan lain-lain.
Hidup
berhubungan ditandai dengan adanya perubahan.
Baxter
dan Montgomery (1996:52) mengamati proses atau perubahan suatu hubungan merujuk
pada pergerakan kuantitatif dan kualitatif sejalan dengan waktu dan kontraksi
yang terjadi, di seputar mana suatu hubungan yang dikelola.
Contoh,
hubungan seseorang yang berawal tidak kenal sama sekali menjadi kenal dan
seterusnya seperti digambarkan tidak tahu – tahu – kenal – teman – sahabat –
pacar – hubungan berkomitmen.
Kontradiksi
merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan.
Kontradiksi
atau ketegangan yang terjadi antara dua hal yang berlawanan tidak pernah hilang
dan tidak pernah berhenti menciptakan ketegangan.
Komentar
Posting Komentar
Comment