PUBLIC RELATIONS: Etnografi Kritis dan Critical Public Relations
Dalam
jurnal penelitian Critical Ethnography for Information Research yang ditulis oleh LaiMa dari Sekolah
Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Indiana University Bloomington membahas
bagaimana penggunaan berbagai jenis informasi dan informasi teknologi dalam
masyarakat tidak hanya dalam kaitannya pembentukkan sistem teknologi secara
teknis semata tetapi juga mengenai analisis keterkatian antara manusia
(pengguna), teknologi, dan masyarakat dengan menggunakan metode etnografi
kritis, penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini telah mengadopsi
metode seperti observasi, wawancara, studi kelompok fokus dan lain sebagainya.
Dalam
jurnal ini, etnografi kritis adalah penelitian metodelogi empiris. Pendekatan
yang didasarkan pada sebuah teori yang solid framework didasarkan pada teori
kritis sosial. Metodologi dapat berdiri sendiri sebagai metode penelitian,
serta pelengkap metode lain (kualitatif dan kuantitatif) untuk penelitian
sosial. Pada etnografi kritis kajian terhadap faktor-faktor sosial-makro
seperti kekuasaan, dan meliputi asumsi-asumsi akal sehat serta agenda-agenda
tersembunyi. Etnografi kritis dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan pada
latar yang diteliti baik struktur sosial, ekonomi, dan politik yang membatasi
potensi-potensi individu.
Hal ini juga dikemukakan oleh Judy Motion and C. Kay
Weafer dalam jurnalnya A Discourse
Perspective for Critical Public Relations Research: Life Sciences Network and
the Battle for Truth yang mana pendekatan kritis untuk studi public
relations terpusat prihatin perihal isu-isu kekuasaan. Seperti yang pernyataan
Trujillo dan Toth (1987:209) yang menyatakan:
“Treat organizations as ideological and
material arenas for power, influence, and control; and they treat
organizational publics as coalitions and constituencies, which have diverse
needs, values, and perspectives”
Artinya bahwa
organisasi sebagai arena ideologi dan bahan untuk kekuasaan, pengaruh, dan
kontrol, dan mereka memperlakukan publik organisasi sebagai koalisi dan
konstituen, yang memiliki beragam kebutuhan, nilai-nilai, dan perspektif. Nilai
perspektif kritis adalah bahwa mereka menyelidiki bagaimana politik, sosial
budaya, dan ekonomi kondisi membentuk praktik Public Relations. Pendekatan ini,
kemudian, fokus pada aspek-aspek politis dari organisasi dan mengkaji bagaimana
organisasi menggunakan komunikasi untuk tawar-menawar serta bernegosiasi dengan
beragam koalisi dan konstituen tersebut.
Terkait
akan hal itu, Gerak & Leitch (1996:299) menyatakan bahwa Praktisi PR adalah
"strategis menyebarkan wacana yang memfasilitasi praktek-praktek sosial
budaya tertentu" sehingga mereka berusaha untuk mendapatkan posisi
kekuasaan untuk klien dengan membentuk "Rezim kebenaran" (Foucault,
1972/1980:131). Tujuan strategis yang utama adalah untuk mendapatkan persetujuan
publik untuk praktik-praktik tertentu. Dengan demikian, pembentukan rezim
kebenaran, yang "terkait dalam hubungan melingkar dengan sistem kekuasaan
yang memproduksi dan mempertahankannya, dan efek kekuasaan yang menginduksi dan
yang memperpanjang "(Foucault, 1972/1980, p. 131). Kebenaran dan
kekuasaan, terkait erat dan berfungsi untuk memperkuat satu sama lain.
Kriyantono
(2012: 113) memaparkan pentingnya etnografi kritis bagi Public Relations, yaitu
diantaranya:
1. Sebagai
riset alternatif yang mana memungkinkan penggalian data secara detail dan
holistik dalam konteks-konteks ilmiah.
2. Untuk
memperkaya kajian teorits dalam disiplin ilmu Public Relations yang dapat
digunakan sebagai refleksi segala proses PR.
3. Etnografi
kritis memungkinkan ilmuwan dan praktisi PR untuk bertindak sebagai agen
multukulturalisme, yaitu sifat yang mengakui dan menghargai perbedaan dalam
kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.
4. Etnografi
kritis memungkinkan PR melaksanakan fungsi Boundary-spanning dengan lebih baik
dan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan gagasan, harapan, dan kebutuhan
publik kepada kelompok dominan dalam organisasinya dengan didasari semangat
kesetaraan kepentingan antara organisasi dan publiknya.
Etnografi
kritis dalam penerapan di bidang Public Relations adalah untuk memahami
bagaimana makna-makna tentang realitas dikonstruksi oleh individu di dalam
konteks dan setting alamiah dan bagaimana realitas tersebut diinterpretasi
menurut cara pandang individu-individu tersebut. Contoh penerapannya antara
lain PR dapat meriset perilaku-perilaku dalam organisasi untuk mengetahui
karakteristik publiknya: apakah sebagai publik tersembunyi, publik yang sudah
menyadari isu atau yang sudah aktif melakukan tindakan tertentu dengan cara
mengobservasi langsung perilaku komunikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Judy
Motion and C. Kay Weaver. 2005. A Discourse Perspective for Critical Public
Relations Research: Life Sciences Network and the Battle for Truth. Department of Management Communication
University of Waikato. 49-67.
Lai
Ma. 2009. Critical Ethnography for
Information Research. School of Library and Information Science, Indiana
University Bloomington. 351-360.
Kriyantono,
Rachmat. 2012. PR & Crisis Management: Pendekatan Critical PR, Etnografi
Kritis & Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Komentar
Posting Komentar
Comment