Komunikasi: Sejarah Perkembangan & Mahzab
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
Perkembangan ilmu
komunikasi mengambil bentuk-bentuk dan arahan yang berbeda di belahan dunia
yang berbeda. Sebagai contoh, teori komunikasi memiliki sejarah yang berbeda di
Eropa, Asia, dan Afrika daripada di Amerika Serikat. Penelitian komunikasi
Eropa lebih dipengaruhi oleh sudut pandang Marxis dan bergantung pada metode
kritikal dan cultural. Teori-teori Timur berfokus pada keutuhan dan persatuan,
sedangkan pandangan Barat kadang-kadang mengukur bagian-bagian tanpa harus
memperhatikan integrasi dasar atau penggabungan bagian-bagian tersebut.
Disamping itu,
teori Barat banyak yang didominasi oleh pandangan individualime: semua orang
dianggap berhati-hati dan aktif untuk mencapai tujuan pribadi. Sebaliknya,
sebagian besar teori Timur cenderung memandang komunikasi sebagai hasil
rangkaian kejadian yang tidak direncanakan dan terjadi secara alami.
TRADISI AMERIKA
Tradisi Amerika
sangat menonjol perspektif yang positif semenjak dekade 40-an. Terutama pada
masa propaganda yang mempercayai dampak kuat media. Demikian pula pengaruh
filsafat pragmatis yang dominan di Amerika sehingga dalam perkembangan teori
kurang begitu filosofis. Kemudian berkembang terus sampai masa sesudah perang.
Ini pula yang kemudian membentuk arus besar dalam kajian komunikasi Amerika
dimana penelitian yang bercorak administrative lebih menonjol.
TRADISI EROPA
Ilmu Sosial di
Eropa lebih filosofis atau rasionalis, bisa juga dikatakan cenderung idealis.
Maka teori-teori yang normatif terasa dari tradisi Eropa. Terutama pula yang
berangkat dari pemikiran kritis karena pemikiran Marxist mengakar kuat maka
kecenderungan teori komunikasi dari tradisi Eropa dapat dijumpai melalui
tradisi kritis.
Namun berkat
interaksi keilmuan, di Eropa juga dikembangkan pendekatan empiris, sebagaimana
di Amerika pendekatan kritis juga dianut. Kajian empiris memberi perhatian
terhadap individu sedangkan kajian kritis memberi perhatian terhadap aspek yang
lebih luas yakni relasi antar institusi sosial pada tingkat makro.
Secara umum,
tradisi Amerika dan Eropa dapat disebut sebagai tradisi Barat. Maka ciri teori
komunikasi dari Barat adalah menempatkan individu dalam posisi yang penting.
Paham liberalisme dapat dimengerti karena penelitian-penelitian yang
menempatkan individu sebagai titik pusat menjadi penting.
TRADISI TIMUR
Dalam
tradisi timur, manusia tidak dipusatkan sebagai individu namun secara kolektif
kemudian juga bersifat keseluruhan daripada parsial. Misalnya dalam melihat
tentang manusia juga dihubungkan dengan alam. Hubungan yang harmonis manusia
dengan alam merupakan satu kesatuan dalam melihat realitas.
Dalam tradisi
Timur masalah emosi menjadi penting. Karenanya di Timur pesan non verbal
menjadi penting. Untuk memahami suatu makna orang harus menggunakan perasaan
yang mendalam. Bandingkan dengan di Barat yang rasional, orang cenderung untuk
secara verbal (to the point).
Ilmu komunikasi dapat menjadi 4 (empat) periode diantaranya
:
- "Tradisi
retorika" yang dimulai sejak zaman yunani kuno.
- Periode
antara tahun 1900-PD ke II yang dapat disebut sebagai periode Pertumbuhan
Ilmu Komunikasi.
- Periode
setelah PD ke II sampai tahun 1960an. Periode ini biasanya disebut periode
Konsolidasi.
- Periode
Teknologi Komunikasi yang dimulai dari tahun 1960an sampai sekarang.
PERIODE TRADISI RETORIKA
Komunikasi adalah konteks arti yang berlaku sekarang ini memang
belum dikenal saat itu. Istilahnya yang berlaku pada zaman tersebut adalah
"Retorika". Disebutkan bahwa pada zaman kebudayaan mesir kuno telah
ada tokoh-tokoh retorika seperti Kagemi dan Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi
retorika sebagai upaya yang sistematis dan terorganisasi baru dilakukan di
zaman Yunani kuno dengan perintisnya Aristoteles (Golden, 1978). Lebih lanjut
Aristoteles menyatakan bahwa retorika mencangkup 3 unsur yakni:
- ethos
(kredibilitas sumber),
- pathos
(hal yang menyangkut emosi/perasaan), dan
- logos
(hal yang menyangkut fakta).
Pokok-pokok pikiran Aristoteles dikembangkan oleh Cicero dan
Quintilian mereka menyusun aturan retorika yang menyangkut 5 unsur:
- Inventio
(urutan argumentasi)
- Dispesitio
(pengaturan ide)
- Eloqutio
(gaya bahasa)
- Memoria
(ingatan), serta
- Pronunciatio
(cara penyampaian pesan).
Tokoh retorikal yang dikenal pada saat itu Corax Socrates
dan Plato maupun di negara-negara lain khususnya di negara Inggris, Perancis,
dan Jerman tokoh yang tekenal adalah Thomas Wilson, Perancis Bacon, Rene Des
Cartes, John Locke, Giam Batista Piko, dan David Hume. Pengertian retorika
menunjuk pada kemampuan manusia menggunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi
satu sama lain : I.A Richards, M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke,
Marshall McLuhan, Michel Foucault, Jurgen Habermas,
Ernesto Grassi, dan Chaim Perelman.
PERIODE PERTUMBUHAN: 1900
– PERANG DUNIA KE II
Pada
awal abad ke-19, sedikitnya ada tiga perkembangan penting yang terjadi.
Pertama, adalah telepon, telegrap, radio, TV, dan lain-lain. Kedua, pecahnya
Perang Dunia I dan II memberi bentuk dan arah pada bidang kajian ilmu
komunikasi yang terjadi di masa ini.
Aspek-aspek
yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal,
keterampilan komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta reading dan
listening. Sementara di bidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan
terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media
mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran
(broadcasting). Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di
dunia.
PERIODE KONSOLIDASI : PD
II – 1960an
Periode setelah Perang Dunia II sampai
tahun 1960an disebut sebagai periode konsolidasi (Delia, dalam Berger dan
Chaffee, 1987). Karena pada masa ini konsolidasi dari pendekatan ilmu
komunikasi sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial bersifat multidisipliner
(mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Adanya adopsi perbendaharaan
istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Munculnya buku-buku yang membahas
tentang pengertian komunikasi telah menjadi suatu pendekatan yang lintas
disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu lainnya. Sedikitnya ada 7
pokok diantaranya: Claude E. Shannon, Norbert Wiener, Harrold Lasswell. Institute
of communication Research yang didirikan Schramm di Illinois pada tahun 1947,
merupakan lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi yang pertama di Amerika
Serikat.
Istilah
Mass Communication (Komunikasi Masa) dan Communication Research (Penelitian
Komunikasi) mulai banyak dipergunakan. Cakupan bidang studi komunikasi mulai
diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran : komunikasi intrapribadi,
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, dan komunikasi
macro-sosial serta komunikasi massa.
PERIODE TEKNOLOGI
KOMUNIKASI : 1960an – Sekarang
Sejak tahun 1960an perkembangan ilmu
komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers
(1986) perkembangan studi komunikasi sebagai suatu disiplin telah mulai
memasuki periode take off (tinggal landas) sejak tahun 1950. Periode masa
sekarang juga disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasi yang
ditandai oleh beberapa faktor, yaitu kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi seperti komputer, VCR, TV Cable parabola. Tumbuhan industri media
yang nampaknya tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan global.
Semakin gencarnya kegiatan ekonomi diseluruh negara, serta semakin meluasnya
proses demokratisasi ekonomi dan politik.
MAHZAB ILMU KOMUNIKASI
Craig membagi dunia komunikasi ke dalam tujuh tradisi
pemikiran, yaitu:
SEMIOTIK
Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol,
membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam komunikasi. Tradisi ini terdiri
atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda,
ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri.
Tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan
memiliki pengaruh yang sangat kuat pada hampir semua prespektif. Konsep dasar
yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus
yang menandakan beberapa kondisi lain
seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar yang kedua adalah simbol
yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti. Perbedaan yang
kuat antara tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan-kumpulan teori yang
berkaitan dengan bahasa, wacana dan tindakan-tindakan non-verbal.
Kebanyakan pemikir semiotik melibatkan ide
dasar triad of meaning yang
menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan diantara tiga hal; benda (atau yang
dituju), manusia (penafsir), dan tanda. Dimana arti bergantung pada gambaran
atau pikiran seseorang dalam kaitannya dengan tanda dan benda yang
direpresentasikan oleh tanda.
Semiotik terbagai dalam tiga wilayah kajian:
·
Semantik, berbicara bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan apa yang
ditunjukan oleh tanda-tanda. Semiotik menggambarkan dua dunia, dunia benda dan
dunia tanda yang juga mencerahkan hubungan diantara kedua dunia itu.
·
Sintaktik atau kajian hubungan diantara tanda-tanda. Sintaktik mengacu pada
aturan-aturan yang dengan orang mengkombinasikan tanda-tanda ke dalam sistem
makna yang kompleks. Semiotik tetap mengacu pada prinsip bahwa tanda-tanda
selalu dipahami dalam kaitannya dengan tanda-tanda lain. Peraturan sintaktik
mempermudahkan manusia untuk menggunakan kombinasi tanda-tanda yang tidak
terbatas untuk mengekspresikan kekayaan makna.
·
Pragmatik, memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam
kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh
tanda pada kehidupan sosial.
FENOMENOLOGIS
Tradisi ini berasumsi bahwa seseorang secara
aktif menginterpretasi pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan
pengalaman pribadi. Sebagai contoh, pada masa kanak-kanak, hampir semua orang
mulai bertanya tentang pertanyaan-pertanyaan kosmologis ketika mereka memandang
langit dan memikirkan luasnya jagat raya.
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar
fenomenologis. Pertama, pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman
sadar. Kedua, makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan manusia,
bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda. Ketiga,
bahwa bahasa merupakan kendaraan makna. Kita memahami dunia melalui bahasa yang
digunakan untuk mendefinisikan atau mengekspresikan dunia itu.
Dalam semiotik, interpretasi dianggap
terpisah dari realitas, tetapi dalam fenomenologis, interpretasi biasanya
membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Realitas dari interpretasi tidak dapat
dipisahkan karena interpretasi merupakan proses aktif pikiran dan tindakan
dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi.
Tiga kajian umum Tradisi Fenomenologis:
·
Fenomenologis Klasik. Husserl meyakini bahwa kebenaran melalui
kesadaran terfokus, kebenaran dapat diyakini melalui pengalaman langsung dengan
disiplin dan harus mengesampingkan atau mengurungkan kebiasaan dalam melihat
segala sesuatu agar dapat mengalami dengan sebenar-benarnya.
·
Fenomenologis Presepsi. Segala sesuatu tidak ada dengan sendirinya
dan terpisah dari bagaimana semuanya diketahui. Adanya dialog anatara manusia
sebagai penafsir dan benda yang mereka tafsrikan.
·
Fenomenologis Hermeneutik. Heidegger menyakini bahwa realitas sesuatu
itu tidak diketahui dengan analisis yang cermat atau pengurangan, melainkan
penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Fenomenologis ini menyatukan pengalaman
dengan interaksi bahasa dan social.
SIBERNETIKA
Tradisi
ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Tradisi sibernetik berangkat
dari teori sistem yang memandang terdapatnya suatu hubungan yang saling
menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam sistem. Hal lain yang
penting adalah sistem dipahami sebagai suatu sistem yang bersifat terbuka
sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi di lingkungan akan diproses
didalam internal sistem.
Sibernetika
merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang saling
berinteraksi, memengaruhi satu sama lain. Teori-teori dalam sibernetika
menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja.
Komunikasi dipahami sebagai bagian atau variabel yang saling memengaruhi satu
sama lain, membentuk, serta mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan
layaknya organisme, menerima keseimbangan dan perubahan.
Ide
sistem merupakan inti pemikiran Sibernetika. Dimana sistem merupakan
seperangkat komponen yang saling berinteraksi, yang bersama-sama membentuk
sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian. Bagian apapun dari
sebuah sistem selalu dipaksa oleh ketergantungan. Namun, sistem tidak akan
bertahan tanpa mendatangkan asupan-asupan baru dalam bentuk input. Input dan
output terkadang berupa materi-materi nyata atau dapat pula berupa energi dan
informasi.
Sebagai
wilayah kajian, sibernetika merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan
diri pada putaran timbal balik dan proses-proses kontrol, konsep ini
mengarahkan pada pertanyaan tentang bagaimana sesuatu saling memengaruhi satu
sama lainnya dalam cara yang tidak berujung, bagaimana mempertahankan kontrol,
bagaimana mendapatkan keseimbangan, serta bagaimana putaran timbal balik dapat
mempertahankan keseimbangan dan membuat perubahan.
SOSIOPSIKOLOGIS
Kajian indivisu sabagai makhluk sosial
merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis. Tradisi ini berfokus pada
perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan
sifat, persepsi serta kognisi. Pandangan ini juga melihat pikiran individu
sebagai tempat memproses dan memahami informasi serta menghasilkan pesan.
Tradisi dalam sosiopsikologis dapat dibagi
menjadi tiga cabang besar:
·
Perilaku. Teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berperilaku dalam
situasi-situasi komunikasi. Dalam kaitannya dengan beberapa variable, seperti
sifat pribadi, perbedaan situasi dan pembelajaran. Ketika perilaku tertentu
diberi penghargaan, perilaku tersebut akan diulang. Para ahli psikologis
menyebutnya “pembelajaran (learning)”. Ketika respon diberi hukuman, perilaku
tersebut akan berhenti atau “unlearned”.
·
Kognitif. Berpusat pada bentuk pemikiran, berkonsentrasi pada bagaimana
individu memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi dalam cara yang
mengarahkan output perilaku, tidak hanya dalam bentuk stimulus-respon,
melainkan pada operasi mental yang digunakan untuk mengelola informasi.
·
Biologis. Sifat, cara berpikir, dan perilaku individu diikat secara biologis
dan didapat bukan hanya dari pembelajaran atau faktor-faktor situasi, melainkan
dari pengaruh-pengaruh neurobiologis
sejak lahir.
SOSIOKULTURAL
Pendekatan sosiokultural terhadap teori
komunikasi menunjukan cara pemahaman manusia terhadap makna, norma, peran dan
peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Realitas bukanlah
seperangkat susunan di luar manusia tetapi dibentuk mealui proses interaksi di
dalam kelompok, komunitas dan budaya.
Tradisi ini memfokuskan diri pada
bentuk-bentuk interaksi antar manusia daripada karakteristik individu atau
model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan,
serta nilai budaya yang dijalankan.
Sosiokultural mempunyai beberapa sudut
pandang yang berpengaruh, yaitu:
·
Interaksi simbolis (symbolic interactionism). Bersal dari
kajian sosiologi menekankan pentingnya observasi partisipan dalam kajian
komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial (Herbert
Blumer dan George Herbert Mead).
·
Konstruktivisme social (social construstionism). Identitas benda
dihasilkan dari bagaimana kita berbicara objek, bahasa yang digunakan untuk
menangkap konsep dan cara-cara kelompok social menyesuaikan diri pada
pengalaman umum.
·
Sosiolinguistik atau kajian bahasa dan budaya. Manusia
menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial
yang berbeda dan merupakan bentuk yang menentukan jati diri kita sebagai
makhluk sosial dan berbudaya.
·
Etnografi atau observasi tentang bagaimana kelompok social tertentu membangun
makna melalui perilaku linguistik dan non linguistik.
·
Etnometodologi (ethnomethodology) atau observasi yang
cermat akan perilaku-perilaku kecil dalam situasi-situasi nyata. Etnometodologi
melihat bagaimana mengelola atau menghubungkan perilaku dalam interaksi sosial
pada waktu tertentu. Dan mempengaruhi percakapan, termasuk cara-cara partisipan
mengelola alur percakapan dengan bahasa dan perilaku non-verbal.
KRITIK
Tradisi kritik mencoba memahami sistem yang
sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan keyakinan atau ideologi yang
mendominasi masyarkat, dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan
oleh struktur-struktur kekuatan tersebut. Para ahli teori kritik pada umumnya
tertarik dengan membuka kondisi-kondisi sosial yang menindas dan rangkaian
kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan
bercukupan. Teori kritik menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan
tindakan.
Tradisi
ini berangkat dari asumi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya
kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut kritis bahwa
komunikasi disatu sisi telah ditandai dengan proses dominasi oleh kelompok yang
kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lain, aktifitas komunikasi
mestinya menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang
lemah. Tradisi ini dapat menjelaskan baik lingkup komunikasi antar personal
maupun komunikasi bermedia.
Ada keempat cabang tambahan yang dapat
dikelompokkan dengan teori kritik yang melanggar modernitas dengan cara yang
beragam: post-modernisme, post-kolonialisme, post-strukturalisme dan kajian feminis.
·
Post-modernisme. Perpecahan modernitas dan proyek
pencerahan. Bertepatan dengan akhir dari masyarakat industri dan munculnya
sebuah zaman informasi, dengan produksi barang-barang yang telah diberi jalan
untuk memproduksi dan memanipulasi pengetahuan. Ditandai dengan sifat
relativitas, tidak ada standarisasi nilai, menolak pengetahuan yang sudah jadi
dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral (grand narative). Menghargai hal-hal
yang lokal, keunikan, dan semacamnya.
·
Post-strukturalime.bagian dari post-modernisme yang mengolah
usaha modern dalam menemukan kebenaran-kebenaran universal, naratif, metode,
dan makna yang digunakan untuk mengenal dunia. Pandangan yang memandang
realitas merupakan sesuatu yang kompleks dan selalu dalam proses sedang
menjadi. Realitas tidak sebagaimana pandangan kalangan strukturalis yang
melihat sudah bersifat teratur, tertata, dan terstruktur. Realitas merupakan
suatu proses pembentukan yang berlangsung terus menerus dengan melibatkan
banyak kalangan dengan identitas masing-masing.
Yang menonjol
adalah adanya proses artikulasi dari masing-masing kalangan.
·
Post-kolonialisme. Mengacu pada kajian “semua kebudayaan
dipengaruhi proses kekaisaran dari era kolonialisasi sampai hari ini”. Intinya
adalah proses penjajahan menciptakan “kebedaan” yang bertanggung jawab bagi
gambaran yang disterotipkan pada populasi bukan kulit putih.
·
Feminisme. Fokus pada gender dan mencari perbedaan antara seks, sebuah kategori
biologis dan gender, sebuah konstruksi sosial.
RETORIKA
Tradisi
retorika memberi perhatian pada aspek proses pembuatan pesan atau simbol.
Prinsip utama disini adalah bagaimana menggunakan simbol yang tepat dalam
menyampaikan maksud. Dalam media berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan
keredaksian, merancang program acara, penentuan grafis. Prinsip bahwa pesan
yang tepat akan dapat mencapai maksud komunikator. Kemampuan dalam merancang
pesan yang memadai menjadi perhatian yang penting dalam kajian komunikasi.
Pusat dari tradisi retorika adalah kelima
karya agung terorika, yaitu penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian dan daya
ingat.
·
Penemuan. Mengacu pada konseptualisasi, proses dimana menentukan makna dari
symbol melalui interpretasi, respon terhadap fakta.
·
Penyusunan. Pengaturan simbol-simbol dalam menyusun informasi dalam hubungannya
diantara orang-orang, symbol-simbol, dan
konteks yang terkait.
·
Gaya. Berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari
semua simbol, mulai dari memilih sistem simbol sampai makna yang kita berikan
pada semua simbol itu.
·
Penyampaian. Menjadi perwujudan dari simbol-simbolk dalam dalam bentuk fisik,
mencangkup pilihan non-verbal untuk berbicara, menulis dan memediasikan pesan.
·
Daya Ingat. Mengingat budaya sebagaimana dengan proses persepsi yang berpegaruh
pada bagaimana seseorang menyimpan dan mengolah informasi.
Komentar
Posting Komentar
Comment